KHAWARIJ,
BAHAYA MENGANCAM UMAT
Dewasa ini, fikrah khawarij mengalir deras di permukaan dengan dibungkus
sedemikian rupi dan dengan penampilan yang serba baru, penuh menyakinkan.
Tujuannya sangat jelas, untuk membuat pandangan manusia menjadi silau dan terkecoh.
Tak aneh, bila kemudian banyak para korban yang terperangkap dalam jebakan mereka.
Di sinilah letak pentingnya bahasan kita kali ini, agar supaya kita tak terjerat dalam kegelapan faham khawarij tanpa terasa dan sebagai cermin bagi kita untuk menilai beberapa gerakan dakwah modern yang memiliki faham khawarij untuk kita waspadai.
Definisi dan Bahayanya
Khawarij adalah suatu kelompok sesat yang perfaham sangat keji. Mereka keluar dari barisan ahli sunnah wal Jama’ah. Sekalipun sebagian ulama salaf ada yang mengkafirkan mereka, tetapi pendapat yang kuat mereka tidak kafir. (Mujmal Masail Iman Al-Ilmiyyah hal. 29. Lihat pula Minhaj Sunnah 5/247-248 dan Majmu Fatawa Ibnu Taimiyyah 7/217-218).
Imam Al-Ajurri berkata dalam As-Syari’ah 1/136-137: “Tidak ada perselisihan di kalangan para ulama semenjak dahulu hingga sekarang bahwa khawarij adalah kelompok jelek yang memaksiati Allah dan rasul-Nya sekalipun mereka melakukan aktivitas shalat, puasa serta amalan ibadah lainnya. Semua itu tidaklah bermanfaat bagi mereka, disebabkan mereka menafsirkan Al-Qur’an sesuai keinginan mereka. Allah telah memberikan peringatakan kepada kita akan bahaya mereka, demikian pula Rasulullah, para khulafa’ rosyidin, para sahabat serta orang-orang yang mengikuti jejak mereka. Sekali lagi, khawarij adalah kelompok yang amat jelek dan kotor, mereka saling mewariskan dan menularkan pemikiran mereka dari generasi ke generasi berikutnya, memberontak para pemerintah dan menganggap halal darah kaum muslimin”.
Hadits-Hadits Tentang Khawarij
Mengingat begitu amat berbahayanya kelompok sesat dan menyesatkan ini (khawarij), maka Nabi seringkali memberikan informasi pada para sahabatnya supaya mereka waspada darinya, bahkan sebagian ulama menilai bahwa hadits-hadits mengenai khawarij mencapai derajat mutawatir. Imam Ahmad bin Hanbal berkata: “Telah shahih hadits tentang khawarij dari sepuluh jalan” dikeluarkan oleh Muslim dalam Shahihnya dan Bukhari sebagiannya”. (Majmu Fatawa 3/279).
Syaikh Muhammad bin Abdul Wahhab berkata: “Telah mutawatir hadits-hadits dari Rasulullah tentang ciri-ciri khawarij, kejelekan mereka serta anjuran memerangi mereka”. (Mukhtashar Sirah Rasul hal. 498). Demikian pula ditegaskan oleh Syaikh Abu Usamah Salim Al-Hilali dalam Basyair Dzawi Syarf bi Syarhi Marwiyyat Salaf hal. 73 dan beliau menginformasikan bahwa dirinya telah membahas dalam sebuah risalah khusus. Wallu A’lam.
Khawarij Sumber Fitnah
Dari Abu Bakrah bahwasanya Nabi pernah bersabda:
وَالَّذِيْ نَفْسِيْ بِيَدِهِ لَوْ قَتَلْتُمُوْهُ لَكَانَ أَوَّلَ فِتْنَةٍ وَآخِرَهَا
“Demi Dzat yang jiwaku berada d tangan-Nya, sendainya kalian membunuhnya (seorang khawarij) maka fitnah yang pertama dan terakhir kalinya”. (Shahih. Diriwayatkan Ahmad 5/42, Ibnu Abi Ashim dalam As-Sunnah no. 938 dan dishahihkan Al-Albani dalam As-Shahihah no. 2495).
Dan dalam hadits Anas, Nabi bersabda kepada Ali bin Abi Thalib:
إِنَّ هَذَا أَوَّلُ قَرْنٍ خَرَجَ مِنْ أُمَّتِيْ لَوْ قَتَلْتَهُ مَااخْتَلَفَ مِنْ أُمَّتِيْ اثْنَانِ
“Sesungguhnya ini adalah generasi umatku yang pertama kali muncul, seandainya engkau membunuhnya, tidak akan ada dua orang yang berselisih”. (Hasan. Riwayat Abu Ya’la dalam Musnadnya 6/340-341/2668).
Perhatikanlah wahai saudaraku, wahai hamba Allah! Bagaimana Nabi mengkhabarkan tentang fitnah yang pertama dan terakhir kali, ternyata biang keroknya adalah khawarij yang begitu murah meluncurkan takfir terhadap orang Islam yang memunculkan berbagai kerusakan dan malapetaka. Jadi, khawarij merupakan akar dan sumber menyalanya api fitnah yang menyebabkan kerugian dan kesengsaraan. (Qurratul Uyun hal. 228 oleh Syaikh Salim bin Iedh Al-Hilali).
Begitu dahsyatnya fitnah khawarij sehingga menjadikan orang yang diselamatkan dari percikan fitnahnya harus mengungkapkan rasa syukur kepada Allah sedalam-dalamnya. Imam Abul Aliyah mengatakan: “Saya telah membaca Al-Qur’an sepuluh tahun setelah wafatnya Nabi kalian. Sungguh Allah telah menganugerahkan kepadaku dua nikmat, saya sendiri tidak tahu mana diantara dua nkmat tersebut yang lebih mulia; Allah memberiku hidayah Islam dan tidak menjadikanku seorang Haruri”. (Shahih. Dikeluarkan Abdur Razzaq 10/153, Ibnu Sa’ad 7/114 dan Al-Lalikai: 230).
Syaikh Abdul Malik Ramadhani Al-Jazairi menjelaskan: “Yakni nikmat hidayah memeluk agama Islam diantara agama-agama sesat lainnya dan nikmat hidayah memeluk sunnah diantara kelompok-kelompok ahli bid’ah lainnya. Dan bid’ah khawarij Haruriyyah merupakan bid’ah yang paling dahsyat menyambar hati dan menghantui kaum muslimin”. (Madarik Nadhar hal. 21-22).
(Faedah)
Ada sebuah cerita menarik berkaitan dengan kuatnya faham khawarij apabila sudah mampir di hati seorang. Dikisahkan dalam biografi Imron bin Hiththan, salah satu tokoh ulama sunnah yang berubah drastis menjadi gembong khawarij. Ceritanya, dia punya sepupu perempuan yang berfaham khawarij. Karena kecantikannya yang mempesona, maka Imron-pun akhirnya jatuh cinta padanya dan hendak menikahinya. Tatkala ditegur oleh sebagian temannya, jawab Imron dengan enteng: “Saya akan menikahinya untuk mengeluarkannya dari cengkraman faham khawarij. Tetapi apa yang terjadi?! Bukannya dia yang merubah istrinya, malah dia yang dirubah istrinya sehingga menjadi gembong khawarij. (Lihat Siyar A’lam Nubala 4/214 dan Mizanul I’tidal 5/286 oleh imam Dzahabi). Jadikanlah Jadikanlah kisah di atas sebagai pelajaran bagi kita akan bahayanya bergaul dengan ahli bid’ah!!!
Sekarang, penulis mengajak para pembaca semua untuk mempelajari beberapa hadits berkenaan tentang khawarij dengan mencermati fikih haditsnya:
Mencela Pemerintah dan Ulama
عَنْ أَبِيْ سَعِيْدٍ الْخُدْرِيِّ قَالَ: بَيْنَمَا نَحْنُ عِنْدَ رَسُوْلِ اللهِ وَهُوَ يَقْسِمُ قَسْمًا أَتَاهُ ذُوْ الْحُوَيْصِرَةِ وَهُوَ رَجُلٌ مِنْ بَنِيْ تَمِيْمٍ فَقَالَ: يَا رَسُوْلَ اللهِ اعْدِلْ! قَالَ رَسُوْلُ اللهِ: وَيْلَكَ وَمَنْ يَعْدِلْ إِنْ لَمْ أَعْدِلْ؟ قَدْ خِبْتُ وَخَسِرْتُ إِنْ لَمْ أَعْدِلْ ...فَقَالَ رَسُوْلُ اللهِ: إِنَّ مِنْ ضِئْضِئِ هَذَا قَوْمَا يَقْرَأُوْنَ الْقُرْآنَ لاَ يُجَاوِزُ حَنَاجِرَهُمْ, يَقْتُلُوْنَ أَهْلَ الإِسْلاَمِ وَيَدَعُوْنَ أَهْلَ الأَوْثَانِ, يَمْرُقُوْنَ مِنَ الإِسْلاَمِ كَمَا يَمْرُقُ السَّهْمُ مِنَ الرَّمِيَّةِ. لَئِنْ أَدْرَكْتُهُمْ لأَقْتُلَنَّهُمْ قَتْلَ عَادٍ
Dari Abu Said Al-Khudri berkata: Tatkala kami berada di sekitar Rasulullah yang waktu itu tengah membagi suatu pembagian, tiba-tiba datanglah dzul Huwaishirah, seorang laki-laki dari Tamim seraya berkata: Wahai Rasulullah berbuatlah adil! Rasulullh menjawab: Celaka kamu, siapa yang akan berbuat adil bila saya tidak berbuat adil?! Sungguh merugi diriku bila aku tidak berbuat adil”…Rasulullah lalu bersabda: Akan muncul dari sumber orang ini suatu kaum yang membaca Al-Qur’an, tapi tak sampai pada tenggorokan mereka, mereka membunuh orang Islam dan membiarkan penyembah patung, mereka keluar dari Islam sebagaimana keluarnya anak panah dari busurnya. Seandainya aku menjumpai mereka, sungguh akan aku bunuh mereka seperti kaum Adh”. (HR. Bukhari no. 6933 dan Muslim no. 1064-1066).
Hadits ini memberikan faedah kepada kita dua hal:
1. Pemikiran khawarij semenjak dahulu hingga sekarang adalah dibangun diatas mengkritik para pemimpin, mencela mereka, menguak dan membesarkan kesalahan mereka untuk mengompori api kebencian di hati rakyat.
2. Memisahkan rakyat dari roda kepemimpinan yang benar di bawah bimbingan para ulama rabbaniyyun.
Oleh karena itulah, maka kelompok khawarij merangkap dua kejahatan yaitu memperbesar kesalahan pemimpin sebagai jembatan mengkafirkan mereka dan melecehkan para ulama. Khawarij kuno mengarahkan bidikan dua hal tersebut pada Nabi dan para sahabatnya, sedangkan cikal bakal khawarij mengarahkan bidikannya pada ulama masa kini dan para murid-muridnya. (Al-Maqalat Salafiyyah fil Aqidah wa Dakwah wal Manhaj wal Waqi’ hal. 43-44 oleh Syaikh Salim bin Ied Al-Hilali).
Agar lebih jelas masalah ini bagi para pembaca dan agar penulis juga tidak dituduh yang bukan-bukan, maka penulis merasa terdorong untuk menguraikan dua masalah ini lebih luas.
- Mencela Pemimpin
Mencela pemimpin merupakan ciri khas manhaj yang ditempuh oleh kaum khawarij. Awalnya hanya sekedar mengkritik dan membeberkan aib pemimpin di atas mimbar, seminar, koran dan majalah tetapi membengkak hingga tiada lain terminal akhirnya kecuali membrontak pemimpin. Jelas kiranya, metode ini menyelisihi petunjuk Nabi dalam mengingkari penguasa dan merupakan sumber segala fitnah/kerusakan sepanjang sejarah sebagaimana dikatakan imam Ibnu Qayyim dalam I’lam Muwaqqi’in (3/7).
Sebagai bukti bahwa metode seperti itu adalah metode yang diterapkan kaum khawarij adalah riwayat imam Tirmidzi dan selainnya dari Ziyad bin Kusaib Al-Adawi, katanya:
كُنْتُ مَعَ أَبِيْ بَكْرَةَ تَحْتَ مِنْبَرِ أَبِيْ عَامِرٍ وَهُوَ يَخْطُبُ وَعَلَيْهِ ثِيَابٌ رِقَاقٌ, فَقَالَ أَبُوْ بِلاَلٍ: انْظُرُوْا إِلَى أَمِيْرِنَا يَلْبَسُ لِبَاسَ الْفُسَّاقِ, فَقَالَ أَبُوْ بَكْرَةَ : اسْكُتْ! سَمِعْتُ رَسُوْلَ اللهِ يَقُوْلُ: مَنْ أَهَانَ سُلْطَانَ اللهِ فِيْ الأَرْضِ أَهَانَهُ اللهُ
Saya pernah bersama Abu Bakrah di bawah mimbar Ibnu Amir yang sedang berkhutbah sambil mengenakan pakaian tipis. Abu Bilal berkata: Lihatlah pemimipin kita, dia mengenakan pakaian orang-orang fasiq. Abu Bakrah menegurnya seraya berkata: Diamlah, saya mendengar Rasulullah bersabda: Barangsiapa yang menghina pemimpin di muka bumi, niscaya Allah akan menghinakannya. (Lihat Shahih Sunan Tirmdzi: 1812 oleh Al-Albani).
Imam Dzahabi berkata: “Abu Bilal namanya adalah Mirdas bin Udiyyah, seorang khawarj tulen. Karena kejahilannya, maka dia menganggap pakaian tipis bagi kaum pria adalah pakaiannya orang fasiq”. (Siyar A’lam Nubala’ 14/508 oleh imam Dzahabi). Demikianlah khawarij sepanjang zaman, mereka salah kaprah dalam metode mengingkari dan jahil akan hal yang diingkari.
Satu hal lagi yang perlu sekali saya sampaikan di sini bahwa hanya sekedar menghujat pemimpin muslim -sekalipun fasiq- merupakan ciri khas manhaj khawarij, sebab manusia tidak akan memberontak pemimipin tanpa ada yang menyalakan api kebencian di hati mereka walau dengan dalih menegakkan pilar amar ma’ruf nahi mungkar. Oleh karenanya, para ulama menilai bahwa para penggerak pembrontakan, pengkritik dan pencela pemimpin adalah khawarij sekalipun sepanjang sejarah mereka tidak pernah membrontak. Dalam kitab sejarah dan firaq (kelompok dan golongan) mereka disebut Al-Qa’adiyyah.
Al-Hafizh Ibnu Hajar berkata mensifati sebagian jenis khawarij: “Dan kaum Al-Qa’adiyyah yaitu kelompok yang melicinkan pemberontakan terhadap pemerintah sekalipun tidak langsung membrontak”.
Bahkan, kadang-kadang orang yang mengompori untuk berontak lebih jelek daripada yang langsung memberontak sebagaimana diriwayatkan Abu Daud dalam Masail Ahmad hal. 271 dar Abdullah bin Muhammad berkata: “Khawarij jenis Al-Qa’adiyyah adalah sejelek-jeleknya kelompok khawarij!!!”.
Para ulama masa kini juga telah membendung dan memerangi pemikiran-pemikiran khawarij model Al-Qa’adiyyah ini. Syaikh Muhammad Nasiruddin Al-Albani berkata: “Kami menilai bahwa orang-orang yang memberontak atau yang mengajak berontak
Syaikh Muhammad bin Shalih Al-Utsaimin juga berkata tatkala menjelaskan hadits di atas: “Hadits ini merupakan dalil yang sangat mendasar bahwa berontak pada pemimpin bukan hanya dengan pedang semata tapi bisa juga dengan perkataan dan ucapan. Perhatikanlah, orang ini (Dzul Huwaishrah), dia tidak mengangkat pedang guna membunuh Nabi tapi dia hanya mengingkarinya (dengan terang-terangan). Apabila dijumpai dalam sebagian kitab ahli sunnah yang menyatakan bahwa berontak itu adalah dengan pedang, maka maksudnya adalah puncak pemberontakan”. (Lihat Fatawa Ulama Al-Akabir hal. 94-96 dan Madarik Nadhar hal. 272-275 oleh Syaikh Abdul Malik Ramadhani).
- Mencela Ulama
Syaikhul Islam berkata tatkala menjelaskan ciri-ciri khawarij: “Biang kesesatan mereka adalah keyakinan mereka bahwa para ulama dan kaum muslimin keluar dari garis keadilan dan mereka semua dalam kesesatan. Inilah letak ketergelinciran kelompok-kelompok yang menyimpang dari sunnah dari kalangan Rafidhah dan sejenisnya”. (Majmu Fatawa 28/497).
Fenomena membuktikan bahwa khawarij gaya baru sekarang ini kerjanya adalah mencela para ulama senior dengan menjuluki mereka; ulama pemerintahan, tidak tahu waqi (realita umat), ulama terjepit tak sanggup terus terang dalam berfatwa, ulama haidh dan nifas, ulama yang loyal terhadap thaghut dan sederet julukan kotor lainnya, kemudian mereka bergegas menuju para pemuda yang ingusan dan bau kencur dengan modal semangat menggebu yang tak terkontrol sehingga mereka berani mengeluarkan fatwa tanpa ilmu, taqwa dan wara’ . Sungguh benar apa sabda Nabi:
0 komentar:
Posting Komentar